SELAMAT DATANG DI BLOG SAYA, SEMOGA BERMANFAAT, KUNJUNGI TERUS BLOG INI
0

Makalah Pestisida

Posted by Rangga Krisma Putra on 22.01
PESTISIDA DAN PUPUK ORGANIK
Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah Kimia SMP
Dosen Pengampu: Eko Budi Susatyo

Kelompok 4:
1.Rinandar Muslimin (4301409001)
2.Rangga Krisma Putra (4301409030)
3.Lita Lilia (4301409039)
4.Nila Puspitasari (4301409052)
5.Rina Lailatul M (4301409053)


PRODI PENDIDIKAN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2011
BAB I
PENDAHULUAN

1.Latar belakang
Kita semua tahu Indonesia adalah negara yang sangat kaya akan sumber daya alamnya. Salah satu kekayaan tersebut, Indonesia memiliki tanah yang sangat subur karena berada di kawasan yang umurnya masih muda, sehingga di dalamnya banyak terdapat gunung-gunung berapi yang mampu mengembalikan permukaan muda kembali yang kaya akan unsur hara.
Namun seiring berjalannya waktu, kesuburan yang dimiliki oleh tanah Indonesia banyak yang digunakan sesuai aturan yang berlaku tanpa memperhatikan dampak jangka panjang yang dihasilkan dari pengolahan tanah tersebut.
Salah satu diantaranya, penyelenggaraan pembangunan di Tanah Air tidak bisa disangkal lagi telah menimbulkan berbagai dampak positif bagi masyarakat luas, seperti pembangunan industri dan pertambangan telah menciptakan lapangan kerja baru bagi penduduk di sekitarnya. Namun keberhasilan itu seringkali diikuti oleh dampak negatif yang merugikan masyarakat dan lingkungan.
Tanah yang melimpah di Indonesia juga banyak digunakan oleh masyarakat untuk pertanian. Banyak cara yang digunakan oleh masyarakat dalam mengembangkan pertanian ini. Pupuk, irigasi, pemberantasan hama dan lain sebagainya.
Penggunaan pupuk atau pembasmi hama pun berbeda cara. Ada yang menggunakan bahan kimia atau secara organik. Dampak yang diberikan pun berbagai macam. Sebetulnya pestisida adalah substansi kimia dan bahan lain serta jasad renik dan virus yang digunakan untuk mengendalikan berbagai hama. Yang dimaksud hama di sini adalah sangat luas, yaitu serangga, tungau, tumbuhan pengganggu, penyakit tanaman yang disebabkan oleh fungi (jamur), bakteria dan virus, kemudian nematoda (bentuknya seperti cacing dengan ukuran mikroskopis), siput, tikus, burung dan hewan lain yang dianggap merugikan.


Pada umumnya pestisida yang digunakan untuk pengendalian jasad pengganggu tersebut adalah racun yang berbahaya, tentu saja dapat mengancam kesehatan manusia. Untuk itu penggunaan pestisida yang tidak bijaksana jelas akan menimbulkan efek samping bagi kesehatan manusia, sumber daya hayati dan lingkungan pada umumnya.
Pupuk Organik adalah pupuk yang sebagian besar atau seluruhnya terdiri dari bahan organic yang berasal dari tanaman atau hewan yang telah melalui proses rekayasa, dapat berbentuk padat atau cair yang digunakan untuk mensuplai bahan organic
Pupuk organik ini digunakan sebagai pupuk dari bahan hayati pengganti bahan kimia, bias juga dianggap untuk meminimalis dampak negative pencemaran tanah oleh bahan kimia. Namun, tidak banyak petani yang peduli tentang pelestarian sumber tanah ini.
Oleh karena itu, melalui makalah ini kami menggangkat masalah tentang pestisida dan pupuk organik, baik itu pengertian, manfaat, unsur yang terkandumg di dalamnya dan lain-lain.
Diharapkan melalui makalah ini pembaca dapat menambah wawasan tentang lingkungan dan dapat melestarikannya selain memanfaatkannya.

2.Rumusan Masalah

1.Apa pengertian pestisida dan pupuk organik?
2.Bagaimana petunjuk penggunaan pestisida ?
3.Apa manfaat atau fungsi dari pestisida dan pupuk organik ?
4.Apa perbedaan pupuk organik dan pupuk anorganik ?
5.Apa dampak negatif dari penggunaan pestisida dan pupuk organik ?

3.Tujuan Penulisan
1.Mengetahui pengertian pestisida dan pupuk organik
2.Mengetahui bagaimana petunjuk penggunaan pestisida yang baik
3.Mengetahui manfaat atau fungsi dari pestisida dan pupuk organik
4.Mengetahui perbedaan pupuk organik dan pupuk anorganik
5.Mengetahui dampak negatif dari penggunaan pestisida dan pupuk organik

BAB II
PEMBAHASAN

1.Pengertian Pestisida
Pestisida adalah bahan yang digunakan untuk mengendalikan, menolak, memikat, atau membasmi organisme pengganggu. Nama ini berasal dari pest ("hama") yang diberi akhiran -cide ("pembasmi"). Sasarannya bermacam-macam, seperti serangga, tikus, gulma, burung, mamalia, ikan, atau mikrobia yang dianggap mengganggu. Pestisida biasanya, tapi tak selalu, beracun. dalam bahasa sehari-hari, pestisida seringkali disebut sebagai "racun".
Pestisida adalah substansi kimia dan bahan lain serta jasad renik dan virus yang digunakan untuk mengendalikan berbagai hama. Yang dimaksud hama di sini adalah sangat luas, yaitu serangga, tungau, tumbuhan pengganggu, penyakit tanaman yang disebabkan oleh fungi (jamur), bakteria dan virus, kemudian nematoda (bentuknya seperti cacing dengan ukuran mikroskopis), siput, tikus, burung dan hewan lain yang dianggap merugikan. Bagi kehidupan rumah tangga, yang dimaksud hama adalah meliputi semua hewan yang mengganggu kesejahteraan hidupnya, seperti lalat, nyamuk, kecoak, ngengat, kumbang, siput, kutu, tungau, ulat, rayap, ganggang serta kehidupan lainnya yang terbukti mengganggu kesejahteraannya. Pestisida juga diartikan sebagai substansi kimia dan bahan lain yang mengatur dan atau menstimulir pertumbuhan tanaman atau bagian-bagian tanaman. Sesuai konsep Pengendalian Hama Terpadu (PHT), penggunaan pestisida ditujukan bukan untuk memberantas atau membunuh hama, namun lebih dititiberatkan untuk mengendalikan hama sedemikian rupa hingga berada dibawah batas ambang ekonomi atau ambang kendali.








2.Macam dan Contoh Pestisida
Pestisida dapat digolongkan menjadi bermacam-macam dengan berdasarkan fungsi dan asal katanya. Penggolongan tersebut disajikan sbb:
Akarisida, berasal dari kata akari yang dalam bahasa Yunani berarti tungau atau kutu. Akarisida sering juga disebut sebagai mitesida. Fungsinya untuk membunuh tungau atau kutu.
Algisida, berasal dari kata alga yang dalam bahasa latinnya berarti ganggang laut. Berfungsi untuk melawan alge.
Avisida, berasal dari kata avis yang dalam bahasa latinnya berarti burung. Berfungsi sebagai pembunuh atau zat penolak burung serta pengontrol populasi burung.
Bakterisida, berasal dari kata latin bacterium atau kata Yunani bacron. Berfungsi untuk melawan bakteri.
Fungisida, berasal dari kata latin fungus atau kata Yunani spongos yang berarti jamur. Berfungsi untuk membunuh jamur atau cendawan.
Herbisida, berasal dari kata latin herba yang berarti tanaman setahun. Berfungsi membunuh gulma (tumbuhan pengganggu).
Insektisida, berasal dari kata latin insectum yang berarti potongan, keratan atau segmen tubuh. Berfungsi untuk membunuh serangga.
Larvisida, berasal dari kata Yunani lar. Berfungsi untuk membunuh ulat atau larva.
Molluksisida, berasal dari kata Yunani molluscus yang berarti berselubung tipis lembek. Berfungsi untuk membunuh siput.
Nematisida, berasal dari kata latin nematoda atau bahasa Yunani nema yang berarti benang. Berfungsi untuk membunuh nematoda (semacam cacing yang hidup di akar).
Ovisida, berasal dari kata latin ovum yang berarti telur. Berfungsi untuk membunuh telur.
Pedukulisida, berasal dari kata latin pedis berarti kutu, tuma. Berfungsi untuk membunuh kutu atau tuma.
Piscisida, berasal dari kata Yunani piscis yang berarti ikan. Berfungsi untuk membunuh ikan.
Rodentisida, berasal dari kata Yunani rodera yang berarti pengerat. Berfungsi untuk membunuh binatang pengerat, seperti tikus.
Predisida, berasal dari kata Yunani praeda yang berarti pemangsa. Berfungsi untuk membunuh pemangsa (predator).
Silvisida, berasal dari kata latin silva yang berarti hutan. Berfungsi untuk membunuh pohon.
Termisida, berasal dari kata Yunani termes yang berarti serangga pelubang daun. Berfungsi untuk membunuh rayap.
Berikut ini beberapa bahan kimia yang termasuk pestisida, namun namanya tidak menggunakan akhiran sida:
Atraktan, zat kimia yang baunya dapat menyebabkan serangga menjadi tertarik. Sehingga dapat digunakan sebagai penarik serangga dan menangkapnya dengan perangkap.
Kemosterilan, zat yang berfungsi untuk mensterilkan serangga atau hewan bertulang belakang.
Defoliant, zat yang dipergunakan untuk menggugurkan daun supaya memudahkan panen, digunakan pada tanaman kapas dan kedelai.
Desiccant. zat yang digunakan untuk mengeringkan daun atau bagian tanaman lainnya.
Disinfektan, zat yang digunakan untuk membasmi atau menginaktifkan mikroorganisme.
Zat pengatur tumbuh. Zat yang dapat memperlambat, mempercepat dan menghentikan pertumbuhan tanaman.
Repellent, zat yang berfungsi sebagai penolak atau penghalau serangga atau hama yang lainnya. Contohnya kamper untuk penolak kutu, minyak sereb untuk penolak nyamuk.
Sterilan tanah, zat yang berfungsi untuk mensterilkan tanah dari jasad renik atau biji gulma.
Pengawet kayu, biasanya digunakan pentaclilorophenol (PCP).
Stiker, zat yang berguna sebagai perekat pestisida supaya tahan terhadap angin dan hujan.
Surfaktan dan agen penyebar, zat untuk meratakan pestisida pada permukaan daun.
Inhibitor, zat untuk menekan pertumbuhan batang dan tunas.
Stimulan tanaman, zat yang berfungsi untuk menguatkan pertumbuhan dan memastikan terjadinya buah.

3.Petunjuk Penggunaan Pestisida
a.Memilih pestisida
Di pasaran banyak dijual formulasi pestisida yang satu sama lain dapat berbeda nama dagangnya, walaupun mempunyai bahan aktif yang sama. Untuk memilih pestisida, pertama yang harus diingat adalah jenis jasad pengganggu yang akan dikendalikan. Hal tersebut penting karena masing-masing formulasi pestisida hanya manjur untuk jenis jasad pengganggu tertentu. Maka formulasi pestisida yang dipilih harus sesuai dengan jasad pengganggu yang akan dikendalikan. Untuk mempermudah dalam memilih pestisida dapat dibaca pada masing-masing label yang tercantum dalam setiap pestisida. Dalam label tersebut tercantumjenis-jenis jasad pengganggu yang dapat dikendalikan. Juga tercantum cara penggunaan dan bahaya-bahaya yang mungkin ditimbulkan.
Untuk menjaga kemanjuran pestisida, maka sebaiknya pilihlah pestisida yang telah terdaftar dan diizinkan oleh Departemen Pertanian yang dilengkapi dengan wadah atau pembungkus asli dan label resmi. Pestisida yang tidak diwadah dan tidak berlabel tidak dijamin kemanjurannya.
b.Menyimpan pestisida
Pestisida senantiasa harus disimpan dalam keadaan baik, dengan wadah atau pembungkus asli, tertutup rapat, tidak bocor atau rusak. Sertakan pula label asli beserta keterangan yang jelas dan lengkap. Dapat disimpan dalam tempat yang khusus yang dapat dikunci, sehingga anak-anak tidak mungkin menjangkaunya, demikian pula hewan piaraan atau temak. Jauhkan dari tempat minuman, makanan dan sumber api. Buatlah ruang yang terkunci tersebut dengan ventilasi yang baik. Tidak terkena langsung sinar matahari dan ruangan tidak bocor karena air hujan. Hal tersebut kesemuanya dapat menyebabkan penurunan kemanjuran pestisida.
Untuk berjaga-jaga apabila sewaktu-waktu pestisida tumpah, maka harus disediakan air dan sabun detergent, beserta pasir, kapur, serbuk gergaji atau tanah sebagai penyerap pestisida. Sediakan pula wadah yang kosong, sewaktu-waktu untuk mengganti wadah pestisida yang bocor.



c.Menggunakan pestisida
Untuk menggunakan pestisida harus diingat beberapa hal yang harus diperhatikan:
Harus mengikuti petunjuk yang tercantum dalam labelAnak-anak tidak diperkenankan menggunakan pestisida, demikian pula wanita hamil dan orang yang tidak baik kesehatannya.
Apabila terjadi luka, tutuplah luka tersebut, karena pestisida dapat terserap melalui luka.
Gunakan perlengkapan khusus, pakaian lengan panjang dan kaki, sarung tangan, sepatu kebun, kacamata, penutup hidung dan rambut dan atribut lain yang diperlukan.
Hati-hati bekerja dengan pestisida, lebih-lebih pestisida yang konsentrasinya pekat. Tidak boleh sambil makan dan minum
Jangan mencium pestisida, karena pestisida sangat berbahaya apabila tercium
Sebaiknya pada waktu pengenceran atau pencampuran pestisida dilakukan di tempat terbuka. Gunakan selalu alat-alat yang bersih dan alat khusus
Tidak diperkenankan mencampur pestisida lebih dari satu macam, kecuali dianjurkan
Jangan menyemprot atau menabur pestisida pada waktu akan turun hujan, cuaca panas, angin kencang dan arah semprotan atau sebaran berlawanan arah angin. Bila tidak enak badan berhentilah bekerja dan istirahat secukupnya
Wadah bekas pestisida harus dirusak atau dibenamkan, dibakar supaya tidak digunakan oleh orang lain untuk tempat makanan maupun minuman

4.Peranan Pestisida
Pestisida tidak hanya berperan dalam mengendalikan jasad-jasad pengganggu dalam bidang pertanian saja, namun juga diperlukan dalam bidang kehutanan terutama untuk pengawetan kayu dan hasil hutan yang lainnya, dalam bidang kesehatan dan rumah tangga untuk mengendalikan vektor (penular) penyakit manusia dan binatang pengganggu kenyamanan lingkungan, dalam bidang perumahan terutama untuk pengendalian rayap atau gangguan serangga yang lain. Pada umumnya pestisida yang digunakan untuk pengendalian jasad pengganggu tersebut adalah racun yang berbahaya, tentu saja dapat mengancam kesehatan manusia. Untuk itu penggunaan pestisida yang tidak bijaksana jelas akan menimbulkan efek samping bagi kesehatan manusia, sumber daya hayati dan lingkungan pada umumnya.
Dalam bidang pertanian pestisida merupakan sarana untuk membunuh hama-hama tanaman. Dalam konsep Pengendalian Terpadu Hama, pestisida berperan sebagai salah satu komponen pengendalian. Pestisida memiliki beberapa fungsi, antara lain:
1.Repelan, yaitu menolak kehadiran serangga. Misal: dengan bau yang menyengat
2.Antifidan, mencegah serangga memakan tanaman yang telah disemprot.
3.Merusak perkembangan telur, larva, dan pupa
4.Menghambat reproduksi serangga betina
5.Racun syaraf
6.Mengacaukan sistem hormone di dalam tubuh serangga
7.Atraktan, pemikat kehadiran serangga yang dapat dipakai pada perangkap serangga
8.Mengendalikan pertumbuhan jamur/bakteri
Dengan melihat besarnya kehilangan hasil yang dapat diselamatkan berkat penggunaan pestisida, maka dapat dikatakan bahwa peranan pestisida sangat besar dan merupakan sarana penting yang sangat diperlukan dalam bidang pertanian. Usaha intensifikasi pertanian yang dilakukan dengan menerapkan berbagai teknologi maju seperti penggunaan pupuk, varietas unggul, perbaikan pengairan dan pola tanam akan menyebabkan perubahan ekosistem yang sering diikuti oleh meningkatnya problema serangan jasad pengganggu. Demikian pula usaha ekstensifikasi pertanian dengan membuka lahan pertanian baru, yang berarti melakukan perombakan ekosistem, sering kali diikuti dengan timbulnya masalah serangan jasad pengganggu. Dan tampaknya saat ini yang dapat diandalkan untuk melawan jasad pengganggu tersebut yang paling manjur hanya pestisida. Memang tersedia cara lainnya, namun tidak mudah untuk dilakukan, kadang-kadang memerlukan tenaga yang banyak, waktu dan biaya yang besar, hanya dapat dilakukan dalam kondisi tertentu yang tidak dapat diharapkan efektifitasnya. Pestisida saat ini masih berperan besar dalam menyelamatkan kehilangan hasil yang disebabkan oleh jasad pengganggu.
5.Dampak dan Saran dalam Penggunaan Pestisida
a.Dampak Negatif dari Penggunaan Pestisida Kimia
Petani selama ini tergantung pada penggunaan pestisida kimia untuk mengendalikan hama dan penyakit tanaman. Selain yang harganya mahal, pestisida kimia juga banyak memiliki dampak buruk bagi lingkungan dan kesehatan manusia. Dampak negatif dari penggunaan pestisida kimia antara lain adalah:
1.Hama menjadi kebal (resisten)
2.Peledakan hama baru (resurjensi)
3.Penumpukan residu bahan kimia di dalam hasil panen
4.Terbunuhnya musuh alami
5.Pencemaran lingkungan oleh residu bahan kimia
6.Kecelakaan bagi pengguna
Kira-kira sudah berapa lama petani menggunakan pestisida kimia ini? Jadi bisa dibayangkan sendiri akibatnya bagi tanah pertanian di Indonesia.
b.Saran Penggunaan Pestisida
Dalam  pengendalian hama tanaman secara terpadu, pestisida adalah sebagai alternatif terakhir.  Dan belajar dari pengalaman, Pemerintah saat ini tidak lagi memberi subsidi terhadap pestisida . Namun kenyataannya di lapangan petani masih banyak menggunakannya.  Menyikapi hal ini, yang terpenting adalah baik pemerintah maupun swasta terus menerus memberi penyuluhan tentang bagaimana penggunaan pestisida secara aman dan benar.  Aman terhadap diri dan lingkungannya, benar dalam arti 5 tepat (tepat jenis pestisida, tepat cara aplikasi, tepat sasaran, tepat waktu, dan tepat takaran).
Penggunaan pestisida tanpa mengikuti aturan yang diberikan membahayakan kesehatan manusia dan lingkungan, serta juga dapat merusak ekosistem. Dengan adanya pestisida ini, produksi pertanian meningkat dan kesejahteraan petani juga semakin baik. Pestisida adalah racun yang dapat saja membunuh organisme berguna, bahkan nyawa pengguna juga bisa terancam bila penggunaannya tidak sesuai prosedur yang telah ditetapkan. menurut depkes riau kejadian keracunan tidak bisa di tanggulangi lagi sebab para petani sebagian besar menggunakan pestisida kimia yang sangat buruk bagi kesehatan mereka lebih memilih pestisida kimia dari pada pestisida botani (buatan) kejadian keracunan pun sangat meningkat di provinsi tersebut. Oleh karena itu, adalah hal yang bijak jika kita melakukan usaha pencegahan sebelum pencemaran dan keracunan pestisida mengenai diri kita atau makhluk yang berguna lainnya. Usaha atau tindakan pencegahan yang perlu dilakukan adalah :
1.Ketahui dan pahami dengan yakin tentang kegunaan suatu pestisida. Jangan sampai salah berantas. Misalnya, herbisida jangan digunakan untuk membasmi serangga. Hasilnya, serangga yang dimaksud belum tentu mati, sedangkan tanah dan tanaman telah terlanjur tercemar.
2.Ikuti petunjuk-petunjuk mengenai aturan pakai dan dosis yang dianjurkan pabrik atau petugas penyuluh.
3.Jangan terlalu tergesa-gesa menggunakan pestisida. Tanyakan terlebih dahulu pada penyuluh.
4.Jangan telat memberantas hama, bila penyuluh telah menganjurkan menggunakannya.
5.Jangan salah pakai pestisida. Lihat faktor lainnya seperti jenis hama dan kadang-kadang usia tanaman juga diperhatikan.
6.Gunakan tempat khusus untuk pelarutan pestisida dan jangan sampai tercecer.
7.Pahami dengan baik cara pemakaian pestisida.







6.Pengertian Pupuk Organik
Pupuk organik adalah pupuk yang sebagian besar atau seluruhnya terdiri dari bahan organik yang berasal dari tanaman atau hewan yang telah melalui proses rekayasa, dapat berbentuk padat atau cair yang digunakan untuk mensuplai bahan organik.
Tanah Pertanian Kita Sekarang
Kondisi kandungan C organik pada lahan pertanian (sawah dan kering) sangat rendah (rata-rata < 2 %) Hal ini disebabkan lahan – lahan yang dikelola secara intensif tanpa memperhatikan kelestarian kesehatan tanah ( tanpa usaha pengembalian bahan organik ke tanah). Hal ini menjadi salah satu sebab terjadinya pelandaian produktifitas meskipun jenis dan dosis pupuk kimia ditingkatkan, karena tanah telah menjadi sakit. Karena tanah sudah sakit maka kita perlu memperbaiki kesuburan tanah dengan menambah C organik dengan menggunakan pupuk organik hingga tanah kembali normal. Untuk itu mari kita menggunakan pupuk organik dan kita kurangi pupuk kimia atau bahkan sama sekali tidak menggunakan pupuk kimia supaya kita memperoleh manfaat jangka panjang untuk menjaga kelestarian kesuburan tanah. Selain itu kita peroleh manfaat lain yaitu meningkatkan produksi pertanian. Selama ini para petani telah banyak memanfaatkan bahan organik sebagai pupuk di lahan pertanian, karena bahan tersebut merupakan bahan yang cepat melapuk. Salah satu contoh bahan organik yang digunakan antara lain kotoran hewan (sapi, kambing, ayam, dll) dan limbah pertanian. Dengan munculnya berbagai pupuk alternatif dan untuk menunjang pembangunan pertanian yang ramah lingkungan, maka saat ini digalakan pemanfaatan limbah pertanian sebagai bahan pembuatan pupuk organik, bahkan beberapa petani/swasta telah mencanangkan adanya pertanian organik. Pada saat ini banyak dijumpai berbagai merk dagang pupuk organik yang dijual dipasaran. Pupuk organik dapat berupa pupuk kandang, kompos dan campuran keduanya. Kunci pokok dalam pemilihan pupuk kandang adalah tingkat kematangan, perbandingan Carbon dan Nitrogen (C/N) dan kandungan unsur hara. Pupuk kandang selain berfungsi untuk memperbaiki sifat tanah juga sebagai sumber unsur hara walaupun dalam jumlah kecil. Dengan sifat fisik tanah yang baik, maka tanaman menjadi lebih subur karena leluasa dalam pengambilan unsur hara. Sedangkan kelebihan kompos yang dibuat dengan memanfaatkan aktif atau mikroba adalah mengandung mikroba yang berfungsi untuk melindungi tanaman dari serangan hama dan penyakit. Beberapa contoh kompos yang dibuat dengan menggunakan mikroba decomposer/pengurai antara lain: Bokashi, Fine Compost dan Kompos Bioaktif. Dari hasil percobaan yang telah dilakukan oleh IP2TP Jakarta selama + 3 minggu menunjukkan data bahwa C/N ratio dari Fine Compost 26 Kompos Bioaktif 20 Sedangkan pada Bokashi Arang Sekam setelah disimpan selama 4 minggu C/N rationya sebesar 20. Ciri-ciri pupuk organik yang baik: Warna coklat kehitaman Suhu awal relatif sama dengan akhir dari pengomposan Volume minimal menyusut 20 Berbau harum dan tidak menyengat Analisis C/N rationya kurang 30. 7.Macam – Macam Pupuk Organik Bokashi adalah pupuk organik hasil fermentasi bahan organik dengan menggunakan EM, (yang dimaksud dengan EM yaitu suatu campuran mikro organisme yang bermanfaat untuk meningkatkan keaneka-ragaman mikroba dari tanah maupun tanaman, serta berfungsi untuk meningkatkan kesehatan tanah, pertumbuhan dan produksi tanaman). Disekitar lingkungan kita banyak bahan organik yang dapat digunakan sebagai bahan utama untuk pembuatan bokashi, antara lain jerami, pupuk kandang, arang sekam, pupuk hijau, serbuk gergaji dan lain-lain. Pupuk organik ini telah banyak diusahakan oleh perorangan maupun swasta, bahkan sudah banyak dipasarkan di sekitar wilayah Jakarta. Beberapa macam bokashi antara lain bokashi jerami, bokashi pupuk kandang dan bokashi ekspres. Macam – macam bokashi BOKASHI JERAMI BOKASHI PUPUK KANDANG BOKASHI EKSPRES FINE COMPOST Fine compost adalah pupuk organik yang dibuat dari limbah pertanian yang proses dekomposisinya menggunakan stardec. Pupuk ini bebas dari biji-biji gulma, bakteri pathogenik dan tidak berbau busuk. KOMPOS BIOAKTIF Pupuk organik kompos bioaktif ini dibuat dari limbah pertanian padat (tandan kosong kelapa sawit, sisa pangkasan teh, kulit buah kakao, jerami padi, batang jagung, dll.) yang proses dekomposisinya menggunakan orgadec. Orgadec adalah aktivator pelapukan, bukan penghancur sehingga hasil pengomposan tidak hancur dan banyak dipergunakan oleh perkebunan besar. 8.Perbandingan Pupuk Organik dan Pupuk Organik Kelebihan pupuk organik dibanding pupuk kimia mungkin telah banyak diungkapkan dalam banyak tulisan. Pupuk organik lebih mudah diserap tanaman, lebih ramah lingkungan, pupuk organik tidak membahayakan kesehatan, dan lain sebagainya. Faktanya, tanaman tidak dapat membedakan dan tidak bisa memilih unsur hara yang diserap berasal dari pupuk organik atau pupuk kimia. Tanaman menyerap unsur hara (N, P, K, dan sebagainya) melalui mekanisme pertukaran ion, dan dalam bentuk ion-ion anorganik. Agar dapat diserap tanaman, pupuk organik harus melalui serangkaian proses perombakan oleh mikroba dalam tanah menjadi ion-ion anorganik/kimia. Jadi yang diserap tanaman pada akhirnya tetap saja berupa ion-ion anorganik / kimia. Konsentrasi kandungan unsur hara pupuk organik jauh di bawah kandungan pupuk kimia. Sekian ton pupuk organik berbanding sekian puluh gram pupuk kimia, untuk ukuran kandungan hara yang sama. Kelebihan sifat pupuk organik ini (meski lebih tepat bila dikatakan kekurangan), diisukan sebagai ramah lingkungan. Pernyataan tersebut baru benar bila penggunaan pupuk kimia tidak sesuai dosis dan berlebihan. Sesuatu yang wajar kiranya, apapun yang berlebihan tentu tidak baik untuk hal apapun. Pupuk organik mempunyai keunggulan dalam hal memperbaiki sifat fisik dan biologi tanah, sesuatu yang tidak dapat dicapai pupuk kimia. Namun dengan catatan, hanya pada pupuk organik yang masih bersifat padat, berupa kompos atau pupuk kandang asli. Pupuk organik dalam bentuk cair, ekstrak, pupuk daun, dan pelet, tidak akan mempunyai kemampuan memperbaiki struktur tanah. Sepanjang kita bermaksud memberi nutrisi ke tanaman, gunakanlah pupuk kimia. Karena disamping jauh lebih murah, lebih cepat diserap tanaman, juga lebih terkontrol. Di belahan dunia manapun, yang namanya pupuk urea pasti akan sama, mengandung nitogen (dalam bentuk amonium) sebesar 46 %. Sementara untuk pupuk organik, tergantung bahannya dari apa, jenis ternak dan apa yang dimakan ternak penghasil pupuk kandang, dan lain-lain. Lebih sulit diprediksi. Namun bila tujuan utama adalah memperbaiki struktur tanah, pakailah kompos, atau pupuk kandang asli. Jangan terpengaruh dengan iklan pupuk organik dalam bentuk cair, pupuk daun, atau pupuk kandang pelet. Pupuk-pupuk ini setali tiga uang dengan pupuk kimia, namun jauh lebih mahal. Jika ada pupuk organik dengan kandungan unsur N,P, dan K masing-masing lebih dari 4 %, yakinlah bahwa pupuk tersebut telah diperkaya dengan pupuk kimia. Pupuk Daun dan Pupuk Akar Fakta selama ini yang dapat diterima, selain unsur karbon, hidrogen, dan oksigen, unsur hara seperti N, P, K dan lainnya diperoleh dan diserap tanaman dari dalam tanah melalui akar. Dari sononya akar secara khusus memang dirancang untuk menyerap unsur hara, melalui pertukaran ion. Pada awal pemunculan pupuk daun, dikatakan penyerapan unsur hara dilakukan melalui stomata daun. Tapi hal ini kemudian diralat, karena ternyata stomata hanya bisa dilalui gas. Kemudian berkembang isu lain, penyerapan dilakukan melalui permukaan daun (sel epidermis dan kultikula), yang bentuknya seperti tenunan. Faktanya, kebanyakan permukaan daun tanaman diselimuti oleh lapisan minyak, lilin, dan bahkan ditumbuhi bulu-bulu halus. Keadaan yang tentunya akan menjadi faktor penghambat masuknya unsur hara melalui daun. Memang daun, atau bahkan batang tanaman dapat menyerap unsur hara, namun demikian akar tetap saja lebih efektip dan efisien dalam menyerap unsur hara. Dalam beberapa kasus, memang unsur hara seperti K, dan Ca gampang masuk ke jaringan tanaman malalui daun dan bahkan batang tanaman. Tapi bukan berarti semua unsur hara lebih gampang diserap tanaman melalui bagian tanaman di luar akar. Bila penggunaan pupuk akar sulit diaplikasikan, misal pada tanaman epifit, seperti kebanyakan tanaman anggrek. Hal ini menjawab pertanyaan mengapa pupuk daun sangat populer dan banyak digunakan di kalangan pecinta anggrek. Tanaman yang baru saja mengalami pruning akar, pemindahan pot, atau kondisi-kondisi dimana untuk sementara waktu akar sulit berlaku sebagaimana mestinya, pupuk daun akan sangat membantu dan bermanfaat. Pupuk Slow Release Jenis pupuk ini juga merupakan ide dagang yang cemerlang dari produsen pupuk. Dikatakan pupuk slow release merupakan pupuk kimia yang sifatnya mirip dengan pupuk organik. Diserap tanaman sesuai dengan kebutuhan, hingga tidak mencemari lingkungan. Faktanya, tanaman tidak bisa merasakan kenyang kemudian berhenti makan. Sepanjang banyak tersedia unsur hara, sepanjang itu pula tanaman akan menyerap sebanyak yang tersedia. Fakta ini kemudian melahirkan istilah luxury consumption. Sepanjang tidak mengganggu kestabilan kimia larutan tanah, tanaman akan menyerap unsur hara yang disediakan tanah. Hasilnya dijadikan cadangan makanan dan untuk memperbanyak diri. Pupuk slow release dibuat dari pupuk kimia yang dibalut dengan lapisan tertentu yang bersifat permeable. Adanya lapisan tersebut membuat kandungan kimia dilepaskan sedikit demi sedikit sesuai berjalannya waktu. Kalau memang benar pelepasan unsur kimia tersebut sesuai kebutuhan tanaman, tentu dalam label kemasan tidak dicantumkan angka jangka waktu penggunaan 3 bulan atau 6 bulan. Angka-angka tersebut sebenarnya merupakan waktu luruh pupuk. Angka yang menggambarkan jangka waktu pelepasan kandungan pupuk hingga habis kandungan pupuknya. 9.Peranan dan Dampak Pupuk Organik Dewasa ini, banyak ditemukan lahan (sawah irigasi) yang sakit akibat penggunaan pupuk anorganik (kimia) yang berlebihan. Pada tahun 2009 jumlah lahan yang sakit khususnya di daerah Tasikmalaya mencapai 60% atau 3 juta hektar (ha), dan dikhawatirkan jumlah ini akan terus meningkat dari tahun ke tahun. Itulah sebabnya Departemen Pertanian (Deptan) menghimbau masyarakat untuk memanfaatkan pupuk organik dalam bercocok tanam. Memang tak bisa dipungkiri, perdebatan soal manfaat pupuk organik dan anorganik dewasa ini masih berlangsung. Umumnya petani memanfaatkan pupuk anorganik karena nutrisi tanaman lebih mudah terpenuhi sehingga produktivitasnya menjadi tinggi (dengan catatan dosis yang diberikan harus tepat sehingga tidak mencemari lingkungan, menimbulkan penyakit, dan lain-lain). Karena kepincut produktivitas yang besar dan kemudahan (kepraktisan pupuk anorganik) membuat sebagian besar petani memilih pupuk ini. Karena banyak yang kurang berhati-hati dalam pemakaian, akibatnya banyak lahan yang sakit. Sehingga tak hanya gagal produksi, lahan pun jadi susah diperbaiki kesuburannya. Akhirnya, lahan akan ditinggalkan begitu saja karena tidak dapat ditanami. Peranan Pupuk Organik Sebenarnya, manfaat pupuk organik tidak kalah dibanding dengan pupuk anorganik. Ada banyak manfaat pupuk organik yang tidak dimiliki oleh pupuk anorganik, antara lain sebagai berikut. Memperbaiki struktur tanah begitu juga dengan karakteristiknya, sehingga tanah menjadi gembur, ringan, mudah diolah, dan mudah ditembus akar. Tanah-tanah berat menjadi mudah diolah. Kesuburan tanah meningkat. Aktivitas mikroba tanah pun meningkat. Kapasitas penyerapan air oleh tanah juga meningkat sehingga tanah menjadi mudah menyediakan kebutuhan air yang diperlukan tanaman. Memperbaiki habitat hewan yang hidup di tanah dan ketersediaan makanan hewan-hewan tersebut jadi lebih terjamin. Meningkatkan ketahanan terhadap perubahan sifat tanah yang terjadi secara tiba-tiba. Mengandung mikroba yang bertugas mengurai bahan-bahan organik. Meningkatkan kapasitas pertukaran kation sehingga jika tanaman diberi pupuk dosis tinggi, unsur hara tanaman tidak mudah tercuci. Mempertahankan dan meningkatkan ketersediaan unsur hara di dalam tanah. Dampak Menggunakan Pupuk Organik Memang tak hanya manfaatnya, pemberian pupuk organik juga dapat merugikan apabila terjadi hal berikut. Jika pupuk organik (kompos) yang diberikan masih mentah maka bahan organik akan diserang oleh mikroba sehingga unsur hara tanaman menjadi berkurang karena “dimakan” oleh mikroba-mikroba dari kompos mentah. Bahan organik yang berasal dari limbah industri atau sampah kota sering kali mengandung mikroba patogen dan logam berat, yang tak hanya berpengaruh buruk bagi tanaman, akan tetapi manusia dan hewan pun akan kena imbasnya (dampak negatifnya). Kandungan unsur hara jumlahnya kecil, sehingga jumlah pupuk yang diberikan harus relatif banyak bila dibandingkan dengan pupuk anorganik. Karena jumlahnya banyak, menyebabkan memerlukan tambahan biaya operasional untuk pengangkutan dan implementasinya. Dalam jangka pendek, apalagi untuk tanah-tanah yang sudah miskin unsur hara, pemberian pupuk organik yang membutuhkan jumlah besar sehingga menjadi beban biaya bagi petani. Sementara itu reaksi atau respon tanaman terhadap pemberian pupuk organik tidak se-spektakuler pemberian pupuk buatan. BAB III PENUTUP 1.Kesimpulan a.Pestisida diartikan sebagai substansi kimia dan bahan lain yang mengatur dan atau menstimulir pertumbuhan tanaman atau bagian-bagian tanaman, penggunaan pestisida ditujukan bukan untuk memberantas atau membunuh hama, namun lebih dititiberatkan untuk mengendalikan hama sedemikian rupa hingga berada dibawah batas ambang ekonomi atau ambang kendali. b.Pestisida berperan dalam mengendalikan jasad-jasad pengganggu dalam bidang pertanian, dalam bidang kehutanan terutama untuk pengawetan kayu dan hasil hutan yang lainnya, dalam bidang kesehatan dan rumah tangga untuk mengendalikan vektor (penular) penyakit manusia dan binatang pengganggu kenyamanan lingkungan, dalam bidang perumahan terutama untuk pengendalian rayap atau gangguan serangga yang lain. c.Dampak negative dari pestisida antara lain : hama menjadi kebal (resisten), peledakan hama baru (resurjensi), penumpukan residu bahan kimia di dalam hasil panen, terbunuhnya musuh alami pencemaran lingkungan oleh residu bahan kimia, dan kecelakaan bagi pengguna. d.Pupuk organik adalah pupuk yang sebagian besar atau seluruhnya terdiri dari bahan organik yang berasal dari tanaman atau hewan yang telah melalui proses rekayasa, dapat berbentuk padat atau cair yang digunakan untuk mensuplai bahan organik. e.Perbedaan pupuk organic dengan pupuk kimia yaitu bahwa pupuk organik lebih mudah diserap tanaman, lebih ramah lingkungan, pupuk organik tidak membahayakan kesehatan, dan lain sebagainya. f.Peranan pupuk organic antara lain dapat memperbaiki struktur tanah begitu juga dengan karakteristiknya, sehingga tanah menjadi gembur, ringan, mudah diolah, dan mudah ditembus akar. 2.Saran a.Sebelum menggunakan pestisida, petani sebaiknya terlebih dahulu mengetahui bagaimana cara menggunakan pestisida dengan baik, agar nantinya tidak membahayakan lingkungan maupun diri petani sendiri. b.Tempat untuk menyimpan pestisida sebaiknya menggunakan tempat yang mudah dikenali atau berlabel agar dapat membedakan antara pestisida atau minuman. c.Sebelum menggunakan salah satu jenis pestisida, sebaiknya terlebih dahulu mengetahui berbagai macam pestisida dan fungsinya masing-masing agar tidak salah menggunakan. d.Untuk menyuburkan tanah yang ditumbuhi pohon maupun tanaman lainnya sebaiknya menggunakan pupuk organic daripada menggunakan pupuk kimia atau anorganik, karena selain lebih alami, pupuk organic lebih menguntungkan dan tidak berbahaya daripada pupuk kimia. DAFTAR PUSTAKA eriantosimalango.wordpress.com/.../keuntungan-menggunakan-pupuk-organik/ sugiyarti-unindra-bio2a.blogspot.com/2008/.../pupuk-organik.html uki2blog.wordpress.com/.../macam-macam-pestisida-nabatialami-dan-cara-pembuatannya/ usitani.wordpress.com/.../dampak-negatif-penggunaan-pestisida/ www.anneahira.com/manfaat-pupuk.htm Achmad, Rukaesih.2004. Kimia Lingkungan. Yogyakarta : ANDI Cotton dan Wilkinson. 1989. Kimia Anorganik Dasar. Jakarta: UI-PRESS.

0 Comments

Posting Komentar

MATERIKU

Copyright © 2009 Semua Tentang Kimia & My Life All rights reserved. Theme by Laptop Geek. | Bloggerized by FalconHive.