SELAMAT DATANG DI BLOG SAYA, SEMOGA BERMANFAAT, KUNJUNGI TERUS BLOG INI
0

MODEL PEMBELAJARAN KIMIA ANALITIK

Posted by Rangga Krisma Putra on 00.08

INOVASI PEMBELAJARAN PADA MATA KULIAH KIMIA ANALITIK II

ABSTRACT
Innovation of teaching to improve the student’s achievement in the teaching of Analytical Chemistry is explained. The research was aimed to investigate the affectivity of various innovated teaching models to improve the student’s achievement in various topics in Chemical Analysis. The study was conducted experimentally by using innovated teaching with media and computer, which are then compare with conventional teaching method. The results showed that innovation in the teaching by using media and computer were found very effective in improving the ability of the students to understand the concepts of chemical analysis. Student achievements in the teaching of chromatography tough with the aid of concept map (M=80.53±8.53) was found higher the teaching the same topics by using conventional method (M=72.31±8.06), where the data analysis has shown that two methods are significantly difference (tstat6.8891>tcrit2.7632). Student achievements with another innovated teaching method by using of computer for the teaching of distillation (M=75.48±10.55) was found higher than that with conventional method (M=66.76±9.03), where the data analysis has shown that the two methods were significantly difference (tstat10.8821>tcrit 2.7632).
Key word: Inovasi, pembelajaran, Kimia Analaitik, prestasi belajar, media pendidikan, peta konsep, komputer, web

PENDAHULUAN
Inovasi pembelajaran untuk meningkatkan prestasi belajar mahasiswa sangat diperlukan. Agar pembelajaran lebih optimal maka pembelajaran harus inovatif sesuai dengan pokok bahasan yang diajarkan di dalam meningkatkan prestasi belajar mahasiswa. Inovasi pembelajaran terutama dalam menghasilkan model pembelajaran baru perlu mendapat perhatian pada saat ini terutama pada pembelajaran inovatif yang dapat memberikan hasil belajar lebih baik, peningkatan efisiensi dan efektivitas pembelajaran menuju pembaharuan. Inovasi dalam pendidikan sering dihubungkan dengan pembaharuan yang berasal dari hasil pemikiran kreatif, temuan dan modifikasi yang memuat ide dan metode yang dipergunakan untuk mengatasi suatu permasalahan pendidikan (Joice dan Weil, 1980). Pembelajaran yang baik harus dapat berfungsi sebagai alat komunikasi dalam penyampaian materi kuliah. Agar inovasi model pembelajaran berhasil optimum sesuai dengan tujuan yang diinginkan maka beberapa hal perlu dipertimbangkan dalam inovasi seperti rasional teoritis, landasan pemikiran pembelajaran dan lingkungan belajar, serta dapat dipergunakan secara luas dalam pembelajaran dan berhasilguna meningkatkan prestasi belajar mahasiswa.
Sesuai dengan perkembangan teknologi dan informasi yang sangat pesar dewasa ini, banyak inovasi pembelajararan yang sudah dipergunakan dalam pembelajaran kimia. Inovasi pembelajaran ini dapat dibuat oleh dosen atau diadopsi dari mata kuliah lain yang sudah berhasil. Akan tetapi, inovasi pembelajaran ini harus efektif dalam meningkatkan prestasi belajar mahasiswa. Salah satu mata kuliah yang perlu mendapat perhatian adalah Kimia Analitik II, karena Kimia Analitik II sangat diperlukan oleh mahasiswa sebagai kompetensi utama sebelum menyelesaikan studinya. Penguasaan mata kuliah Kimia Analitik II sangat penting dalam membangun pemahaman dan penguasaan konsep dasar dan pengetahuan analitik yang diperlukan oleh seorang mahasiswa di Jurusan Kimia di lingkungan FMIPA Unimed. Untuk mengoptimalkan pengajaran Kimia Analitik II maka perlu dilakukan pengembangan model-model pembelajaran yang sesuai sehingga penyampaian materi ajar Kimia Analitik menjadi optimum.
Pembelajaran Sain Yang Inovatif
Pembelajaran sain yang inovatif adalah suatu pendekatan pengajaran yang memberikan kebaruan dengan berlandaskan kebutuhan pembelajaraan pada tataran pendidikan pada saat itu. Inovasi pembelajaran sain meliputi strategi, metode dan prinsip pengajaran yang dipergunakan dalam pembelajaran bidang sain. Inovasi pembelajaran bidang sain memiliki kelebihan dalam tiga aspek, yaitu (1) pembelajaran pemecahan masalah, (2) pembelajaran berdasarkan pengalaman, dan (3) pembelajaran berbasis individu dan kerjasama (Situmorang, 2004). Pembelajaran pemecahan masalah dilakukan untuk menuntun mahasiswa melakukan penyelidikan melalui permasalahan bermakna yang diajukan oleh dosen dalam perkuliahan. Pembelajaran ini akan membawa mahasiswa pada situasi nyata sehingga dapat menuntun mahasiswa membangun pengetahuan dan ketrampilan melalui pembelajaran mandiri. Pembelajaran berdasarkan pengalaman dilakukan untuk menjelaskan pengalaman belajar yang dimiliki dosen kepada mahasiswa. Pembelajaran ini dapat disampaikan melalui demonstrasi terhadap pengetahuan atau ketrampilan yang dimiliki oleh dosen sehingga mahasiswa memperoleh pengetahuan dan ketrampilan standar dalam melakukan kegiatan akademik, misalnya dalam percobaan atau praktikum. Pembelajaran berbasis individu dan kerjasama dilakukan untuk membantu mahasiswa memahami konsep-konsep materi kuliah yang sulit, terutama bagi mahasiswa dengan tingkat kemampuan akademik berbeda. Model pembelajaran ini memberikan kesempatan kepada mahasiswa untuk menyelesaikan tugas yang diberikan oleh dosen secara mandiri maupun secara berkelompok dalam memecahkan permasalahan dalam kehidupan nyata melalui kegiatan kelas dan laboratorium. Model ini mampu membawa mahasiswa untuk dapat belajar aktif sehingga terjadi interaksi diantara mahasiswa (Giancarlo dan Slunt, 2004).
Inovasi pembelajaran sain juga mengalami perkembangan sejalan dengan kemajuan dan perkembangan teknologi. Melalui inovasi maka model pembelajaran yang ada dikembangkan dan ditingkatkan untuk melahirkan model-model pembelajaran baru yang menarik. Beberapa inovasi model pembelajaran yang telah berhasil dipergunakan dalam pembelajaran sain diantaranya adalah (a) Model pembelajaran menggunakan analogi, (b) Model pembelajaran menggunakan media, dan (c) Model pembelajaran berbasis teknologi informasi (web). Masing-masing model pembelajaran ini akan dijelaskan secara singkat berikut ini. Model pembelajaran menggunakan analogi adalah pembelajaran yang menggunakan analogi dalam penjelasan fenomena ilmiah. Model pembelajaran menggunakan analogi sangat berperan dalam penjelasan ilmiah, pengamatan dan penemuan. Model pembelajaran ini dilakukan untuk menolong mahasiswa mengaplikasikan pengetahuan dan keadaan lingkungan nyata yang relevan pada saat mempelajari pengetahuan baru. Sebagai contoh, model pembelajaran dengan menggunakan analogi antara pergerakan planet dengan arah pergerakan jarum jam, pembelajaran menggunakan visualisasi analogi antara lemari buku dengan model atom Bohr, dan visualisasi analogi antara aliran air dengan aliran listrik (Glynn, dkk., 2001). Media pendidikan dapat dipergunakan untuk membangun pemahaman dan penguasaan objek pendidikan. Beberapa media pendidikan yang sering dipergunakan dalam pembelajaran diantaranya media cetak, elektronik, model dan peta (Kreyenhbuhl, 1991). Media cetak banyak dipergunakan untuk pembelajaran dalam menjelaskan materi kuliah yang kompleks sebagai pendukung buku ajar. Pembelajaran dengan menggunakan media cetak akan lebih efektif jika bahan ajar sudah dipersiapkan dengan baik yang dapat memberikan kemudahan dalam menjelaskan konsep yang diinginkan kepada mahasiswa. Media elektronik seperti video banyak dipergunakan di dalam pembelajaran sain. Penggunaan video sangat baik dipergunakan untuk membantu pembelajaran, terutama untuk memberikan penekanan pada materi kuliah yang sangat penting untuk diketahui oleh mahasiswa. Harus disadari bahwa video bukan diperuntukkan untuk menggantungkan pengajaran pada materi yang diperlihatkan pada video, sehingga pengaturan penggunaan waktu dalam menggunakan video sangat perlu, misalnya maksimum 20 menit. Pembelajaran dengan menggunakan video dalam percobaan yang menuntut ketrampilan seperti pada kegiatan praktikum sangat efektif bila dilakukan dengan penuh persiapan. Sebelum praktikum dimulai, video dipergunakan untuk membatu mahasiswa memberikan arahan terhadap apa yang harus mereka amati selama percobaan. Selanjutnya, video diputar kembali pada akhir praktikum untuk mengklarifikasi hal-hal penting yang harus diketahui oleh mahasiswa dari percobaan yang sudah dilakukan (Situmorang, 2003).
Media lain yang dipergunakan dalam pembelajaran sain adalah petakonsep. Penggunaan media petakonsep di dalam pendidikan sudah dilakukan sejak tahun 1977, yaitu dalam pengajaran Biologi (Novak, 1977), dan sejak itu media petakonsep berkembang dan telah dipergunakan dalam pembelajaran sain. Media petakonsep bertujuan untuk membangun pengetahuan siswa dalam belajar secara sistematis, yaitu sebagai teknik untuk meningkatkan pengetahuan siswa dalam penguasaan konsep belajar dan pemecahan masalah (Pandley, dkk. 1994). Petakonsep merupakan media pendidikan yang dapat menunjukkan konsep ilmu yang sistematis, yaitu dimulai dari inti permasalahan sampai pada bagian pendukung yang mempunyai hubungan satu dengan lainnya, sehingga dapat membentuk pengetahuan dan mempermudah pemahaman suatu topik pelajaran. Langkah yang dilakukan dalam inovasi model pembelajaran dengan media petakonsep adalah memikirkan apa yang menjadi ‘pusat’ topik yang akan diajarkan, yaitu sesuatu yang dianggap sebagai konsep ‘inti’ dimana konsep-konsep pendukung lain dapat diorganisasikan terhadap konsep inti, kemudian menuliskan kata, peristilahan dan rumus yang memiliki arti, yaitu yang mempunyai hubungan dengan konsep inti, dan pada akhirnya membentuk satu peta hubungan integral dan saling terkait antara konsep atas-bawah-samping (Situmorang, dkk., 2000). Adaptasi teknologi baru terhadap kebutuhan pembelajaran bidang sain menjadi salah satu sasaran inovasi model pembelajaran. Kemajuan dalam teknologi komunikasi dan informasi telah memudahkan manusia untuk dapat saling berhubungan dengan cepat, mudah dan terjangkau serta potensil untuk inovasi model pembelajaran. Perkembangan teknologi informasi sangat berpengaruh terhadap inovasi model pembelajaran. Penemuan berbagai jenis teknologi yang dapat digunakan menjadi fasilitas pendidikan seperti komputer, CD-ROM dan LAN telah mendorong pemanfaatnya dalam inovasi model pembelajaran. Pendekatan penggunaan teknologi baru yang dipadukan dengan teori paedagogik telah melahirkan pembelajaran e-learning (Rosenberg, 2001). E-learning telah memberikan pengaruh sangat besar dalam inovasi model pembelajaran. E-Learning identik dengan penggunaan teknologi internet untuk menyampaikan materi kuliah. Sensitifitas pembelajaran sain terhadap perubahan dan kemajuan yang sangat cepat mengharuskannya untuk menggunakan teknologi informasi dalam komunikasi dan pembelajaran. Inovasi model pembelajaran berbasis teknologi informasi diawali dari penggunaan komputer dalam pembelajaran secara offline dan kemudian berkembang dengan penggunaan web dalam pembelajaran secara online.
METODE PENELITIAN
Secara terperinci metode penelitian dijelaskan pada laporan penelitian Sinaga, dkk. 2005). Sebagai populasi adalah mahasiswa Jurusan Kimia FMIPA Unimed yang mengambil mata kuliah Kimia Analitik II, meliputi Program Studi Pendidikan Kimia dan Program Studi Kimia. Sedangkan sampel penelitian adalah mahasiswa Jurusan Kimia yang mengambil mata kuliah Kimia Analitik II, dipilih secara purposif berdasarkan kelompok strata berdasarkan tingkat kemampuan dasar akademik mahasiswa yang dilihat dari indeks prestasi kumulatif (Ipk) yang sedang mengikuti perkuliahan. Alat pengumpul data adalah evaluasi belajar terdiri atas (1) evaluasi pendahuluan, (2) evaluasi akhir pertama dan (3) evaluasi akhir kedua. Evaluasi belajar disusun oleh peneliti berdasarkan GBPP dengan sebaran tingkat kesulitan yang sudah distandarisasi, ujicoba dan validasi.
Prosedur penelitian meliputi penyusunan instrumen, pengajaran, dan evaluasi. Penyusunan instrumen dilakukan mengikuti kisi GBPP mata kuliah Kimia Analitik II pokok bahasan Kromatografi dan Destilasi. Sebelum dilakukan pengajaran, terhadap kelompok perlakuan dan kelompok kontrol terlebih dahulu dilakukan evaluasi pendahuluan, bertujuan untuk mengukur kemampuan dan penguasaan mahasiswa terhadap pokok bahasan yang akan diajarkan, dilanjutkan dengan pengajaran menggunakan pembelajaran inovatif (berbasis Media dan Komputer) dan metode ceramah (kontrol). Evaluasi akhir pertama dilakukan pada akhir pengajaran pada hari yang sama. Setelah selang waktu satu bulan dari perlakuan pengajaran, maka terhadap sampel mahasiswa dilakukan evaluasi akhir kedua. Data berupa prestasi belajar siswa diolah secara statistik menggunakan EXCEL soft ware untuk penarikan kesimpulan.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil Belajar Menggunakan Media
Pengaruh pembelajaran dengan menggunakan media dilakukan dengan cara melakukan pembelajaran pada pokok bahasan Kromatografi kepada mahasiswa dengan menggunakan media petakonsep, sedangkan terhadap kelompok kontrol dilakukan pembelajaran konvensional menggunakan metode ceramah saja, kemudian dilakukan evaluasi untuk mengetahui penguasaan mahasiswa terhadap materi pembelajaran yang diajarkan. Pencapaian hasil belajar yang diperoleh mahasiswa pada pengajaran menggunakan media petakonsep terhadap prestasi belajar mahasiswa pada pengajaran Kromatografi diketahui dari pencapaian hasil belajar mahasiswa pada pretest, postest 1 dan postest 2 seperti dirangkum pada Tabel 1.
Pada pengajaran pokok bahasan Kromatografi untuk kelompok eksperimen dan kelompok kontrol, masing-masing pada kelompok mahasiswa yang tergolong tinggi dan rendah (Tabel 1) terlihat bahwa rata-rata pencapaian hasil belajar mahasiswa pada postest-1 jauh lebih tinggi dibanding terhadap hasil pretest, lebih lanjut hasil potest- lebih rendah dari hasil pada postest-1. Dari hasil penelitian, berdasarkan rata-rata prestasi belajar mahasiswa diperolah bahwa model pembelajaran menggunakan media petakonsep dapat meningkatkan prestasi belajar mahasiswa, yaitu ditunjukkan dari prestasi belajar mahasiswa melalui postes-1. Hasil penelitian menunjukkan bahwa prestasi belajar mahasiswa yang diberi pengajaran menggunakan media petakonsep pada kelompok eksperimen (M=80.53±8.53) lebih tinggi dibanding dengan pencapaian mahasiswa pada kelompok kontrol
Tabel 1. Prestasi belajar mahasiswa berdasarkan pencapaian hasil belajar mahasiswa pada pengajaranmenggunakan media petakonsep
(M=72.31±8.06). Hasil ini menunjukkan bahwa media petakonsep dapat memotivasi belajar mahasiswa sehingga penguasaan mahasiswa pada materi
No
Kelas
Kelompok Mhs
Rata-rata Nilai Mahasiswa
Pretest
Post test 1
Post test 2
1
Eksperimen 1
KT
26.47(0.83)
84.40(3.96)
76.27(3.01)
KR
26.33(0.98)
74.47(4.75)
64.13(4.76)
2
Kontrol 1
KT
26.40(0.91)
74.93(3.56)
59.67(3.50)
KR
26.27(1.16)
69.47(6.40)
57.47(3.64)
3
Eksperimen 2
KT
26.33(1.29)
87.20(3.32)
76.67(2.02)
KR
25.27(2.25)
69.93(11.23)
65.53(9.18)
4
Kontrol 2
KT
26.20(1.61)
72.60(4.00)
60.93(4.45)
KR
25.20(1.01)
65.00(10.50)
53.87(8.23)
5
Eksperimen 3
KT
23.27(1.03)
85.20(3.45)
77.07(3.24)
KR
23.47(1.51)
82.00(5.17)
76.40(4.53)
6
Kontrol 3
KT
23.13(1.19)
77.07(6.22)
56.47(4.21)
KR
23.40(0.74)
74.80(9.50)
56.47(6.14)
Rata-rata
Eksperimen
25.19(1.92)
80.53(8.53)
66.96(15.96)
Kontrol
25.10(1.75)
72.31(8.06)
54.05(12.51)
KT = Mahasiswa dengan IPK relatif tinggi
KR = Mahasiswa dengan IPK relatif rendah
pembelajaran secara efektif meningkatkan prestasi belajar mahasiswa. Lebih lanjut dianalisis apakah ada perbedaan yang signifikan antara pengajaran menggunakan media petakonsep dengan metode konvensional maka dilakukan uji beda. Berdasarkan hasil analisis diketahui bahwa untuk pretest, uji beda pada semua kelompok perlakuan eksperimen dan kontrol terlihat bahwa tstat < tcrit, berarti tidak ada perbedaan yang signifikan antara kelompok eksperimen dan kelompok control. Akan tetapi uji beda
pada hasil pencapaian mahasiswa pada postest-1 terlihat bahwa pada semua kelompok perlakuan, baik KT maupun KR diperoleh tstat > tcrit, berarti ada perbedaan signifikan antara prestasi belajar mahasiswa pada kelompok eksperimen yang diberikan pengajaran menggunakan media petakonsep dengan kelompok kontrol yang diberi pengajaran konvensional untuk mahasiswa kelompok tinggi dan kelompok rendah. Untuk mengetahui efektivitas model pembelajaran yang diinovasi terhadap prestasi belajar mahasiswa maka terhadap kelompok eksperimen dan kelompok kontrol dilakukan evaluasi akhir ke dua (postest-2)
setelah jangka waktu satu bulan pengajaran seperti dirangkum pada tabel 1. Dari hasil ini diketahui bahwa pencapaian hasil belajar mahasiswa pada kelompok eksperimen (M=66.96±15.96) yang diebri pengajaran menggunakan media petakonsep lebih tinggi dibanding
dengan kelompok kontrol (M=54.05±12.51) dengan pengajaran metode ceramah. Efektivitas model pembelajaran menggunakan media petakonsep terhadap prestasi belajar mahasiswa diperlihatkan dari perhitungan rata-rata prestasi belajar mahasiswa, yaitu persentase pencapaian mahasiswa dalam postest 2 dibanding postest 1 pada kelompok eksperimen (83%) adalah lebih tinggi dibanding kelompok kontrol (75%), berarti model pembelajaran dengan menggunakan media petakonsep dapat meningkatkan daya ingat mahasiswa terhadap penguasaan materi pembelajaran Kromatografi bila dibanding terhadap pembelajaran dengan menggunakan ceramah (konvensional).
Hasil Belajar Menggunakan Komputer
Penyampaian materi kuliah Kimia Analitik II dengan pokok bahasan Destilasi dilakukan dengan menggunakan komputer. Materi kuliah disusun dengan cara membuat powerpoin yang dilengkapi dengan cuplikan video untuk menjelaskan proses destilasi, jenis-jenis destilasi dan aplikasi destilasi di dalam pemisahan analitik, kemudian membuat materi pada hardisk pada beberapa komputer di Laboratorium Komputer Jurusan Kimia. Pembukaan materi kuliah didalam komputer dilengkapi dengan pasword yang diberikan kepada mahasiswa yang mengikuti perkuliahan Kimia Analitik II (kelompok eksperimen). Materi kuliah dilengkapi dengan petunjuk umum dari
Tabel 2. Prestasi belajar mahasiswa berdasarkan pencapaian hasil belajar mahasiswa pada pengajaranmenggunakan komputer
dosen dan beberapa hal yang harus diselesaikan oleh mahasiswa. Untuk mengetahui efektifitas pembelajaran menggunakan komputer terhadap prestasi belajar
No
Kelas
Kelompok Mhs
Rata-rata Nilai Mahasiswa
Pretest
Post test 1
Post test 2
1
Eksperimen 1
KT
24.00(1.13)
79.07(7.36)
69.20(5.97)
KR
23.40(0.51)
67.53(7.05)
58.20(6.19)
2
Kontrol 1
KT
23.93(1.03)
68.40(7.60)
47.73(5.42)
KR
23.33(0.62)
57.20(5.77)
43.27(6.56)
3
Eksperimen 2
KT
24.13(0.92)
84.07(10.05)
78.33(9.74)
KR
23.80(0.77)
70.47(9.63)
59.27(11.87)
4
Kontrol 2
KT
24.07(1.39)
74.27(2.94)
58.47(3.60)
KR
23.73(1.44)
65.07(7.15)
51.00(4.96)
5
Eksperimen 3
KT
23.27(1.03)
84.67(5.49)
78.67(6.37)
KR
23.73(1.62)
67.07(5.16)
62.13(5.97)
6
Kontrol 3
KT
24.00(0.00)
73.33(6.81)
55.07(5.18)
KR
23.80(0.41)
62.27(9.44)
46.80(7.07)
Rata-rata
Eksperimen
23.72(1.07)
75.48(10.55)
62.19(17.69)
Kontrol
23.81(0.97)
66.76(9.03)
49.09(12.55)
KT = Mahasiswa dengan IPK relatif tinggi
KR = Mahasiswa dengan IPK relatif rendah
mahasiswa pada pengajaran Destilasi dapat dilihat dari pencapaian hasil belajar mahasiswa pada pretest, postest 1 dan postest 2 seperti dirangkum pada Tabel 2.
Pengaruh pembelajaran dengan menggunakan komputer terhadap prestasi belajar mahasiswa diketahui dari rata-rata pencapaian mahasiswa pada postest-1 dan postest-2 seperti dirangkum pada Tabel 2. Dari hasil penelitian diperolah bahwa model pembelajaran menggunakan komputer dapat meningkatkan prestasi belajar mahasiswa. Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata prestasi belajar mahasiswa melalui postes-1 untuk kelompok eksperimen (M=75.48±10.55) yang diberi pengajaran menggunakan komputer lebih tinggi dibanding dengan pencapaian mahasiswa pada kelompok kontrol (M=66.76±9.03) yang diberikan pengajaran dengan metode ceramah saja. Hasil ini meyakinkan bahwa inovasi pembelajartan dengan menggunakan komputer mampu memotivasi mahasiswa untuk belajar lebih intensif secara mandiri, yang ditunjukkan bahwa hampir semua mahasiswa pada kelopok ekperimen mempunyai prestasi belajar yang lebih baik bila dibanding terhadap prestasi belajar mahasiswa pada kelompok kontrol. Untuk mengetahui efektivitas model pembelajaran yang diinovasi terhadap prestasi belajar mahasiswa maka dilakukan evaluasi akhir-2 setelah selang waktu satu bulan perlakuan pembelajaran seperti dirangkum pada Tabel 3. Dari hasil evaluasi diketahui bahwa pencapaian hasil belajar pada kelompok eksperimen yang diberi pengajaran menggunakan komputer (M=62.19±17.69) lebih tinggi dibanding pencapaian hasil belajar mahasiswa pada kelompok kontrol yang diberi pengajaran menggunakan metode ceramah(M=49.09±12.55). Hasil ini konsisten dengan pencapaian hasil belajar mahasiswa yang diperoleh pada postest-1, akan tetapi sedikit lebih rendah, mungkin disebabkan oleh mahasiswa cenderung tidak memberikan perhatian pada pokokbahasan yang sudah diujikan. Selanjutnya efektivitas model pembelajaran menggunakan komputer terhadap prestasi belajar mahasiswa diperlihatkan dari rata-rata prestasi belajar mahasiswa, yaitu persentase pencapaian mahasiswa dalam postest-2 dibanding postest-1, yaitu diperoleh pada kelompok eksperimen (82%) lebih tinggi dibanding kelompok kontrol (74%), berarti model pembelajaran dengan menggunakan komputer meningkatkan daya ingat mahasiswa terhadap penguasaan materi pembelajaran Destilasi lebih baik bila dibanding terhadap pembelajaran dengan menggunakan ceramah saja.
KESIMPULAN DAN SARAN
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa inovasi pembelajaran sangat diperlukan dalam peningkatan penguasaan mahasiswa terhadap materi perkuliahan Kimia Analitik. Pembelajaran inovatif dengan menggunakan media petakonsep dan komputerdapat meningkatkan prestasi belajar mahasiswa. Disarankan agar Dosen di Jurusan Kimia FMIPA Unimed hendaknya melakukan inovasi model pembelajaran karena sangat efektif dalam meningkatkan prestasi belajar mahasiswa.
UCAPAN TERIMAKASIH
Ucapan terima kasih disampaikan kepada Proyek Proyek Peningkatan Pembelajaran Di LPTK (PPKP) (Research For The Improvement Of Instruction) Dirjen Dikti DepdiknasTahun Anggaran 2005 yang memberikan dana penelitian.
DAFTAR PUSTAKA
Boyce, L.N., VanTasselBaska, J., Burruss, J.D., Sher, B.T., dan Johnson, D.T., (1997), A Problem-Based Curriculum: Parallel Learning Opportunities for Students and Teachers, Journal of the Education of the Gifted 20: 363-379.
Cann, M.C., dan Dickneider, T.A., (2004), Infusing The Chemistry Curriculum With Green Chemistry Using Real-World Examples, Web Modules, And Atom Economy In Organic Chemistry Course, Journal of Chemical Education 81: 977-980.
Djamara, S.B., (1995), Prestasi Belajar dan Kompetensi Guru, Penerbit Usaha Nasional, Surabaya.
Forsyth, I., Jolliffe, A., dan Stevens, D., (2004), Practical Strategies For Teachers, Lecturers and Trainers, Delivering Vol 3, Crest Publishing House, New Delhi.
Giancarlo, L.C., dan Slunt, K.M., (2004), The dog ate my homework: A Cooperative Learning Project For Instrumental Analysis, Journal of Chemical Education 81: 868-869.
Glynn, S.M., Law, M., Gibson, N.M., dan Hawkins, C.H., (2001), Teaching Science With Analogies, A Resource For Teachers And Text Book Authors, University of Georgia.
Hamalik, Q. (1985), Metode Pendidikan, Penerbit Tarsito, Bandung
Joice, B. dan Weil, M., (1980), Models of Teaching, 2nd ed. Prentice-Hall International Inc. Englewood Cliffs, New Jersey.
Lazarowictz, R., dan Tamir, P., (1994), Research on using laboratory instruction in science: in D. Gabel (Ed), Hand Book Of Research On Science Teaching And Learning, Macmillan, New York.
Lynch, P.P., dan Waters, M., (1980), Expectation of New Chemistry Students Concerning Chemistry Courses, Chemistry in Australia 47: 238-242.
Mulyono, A.M., (1988). Kamus Besar Bahasa Indonesia, Depdikbud, Jakarta.
Novak, J.D., (1977), New trends in Biology teaching, Science Education 61: 453-477.
Pandley, B.D., Bretz, R.L., dan Novak, J.D., (1994), Concept maps as a tools to assess learning in chemistry, Journal of Chemical Education 71: 9-15.
Rooijakkers, A., (1993), Mengajar Dengan Sukses, Penerbit Grasindo Jakarta
Rosenberg, M.J., (2001), E-Learing Strategies for Delivering Knowledge in the Digitalage, McGraw-Hill, New York.
Shakkashiri, B.Z., (1991), Chemical Demonstration. A hand book for teacher of chemistry, The University of Winconsin Press.
Situmorang, M., (2003), Efektivitas Model Pembelajaran Terhadap Peningkatan Prestasi Belajar Mahasiswa Dalam Perkuliahan Kimia Analitik-1, Laporan Hasil Penelitian, FMIPA Universitas Negeri Medan.
Situmorang, M., (2004), Inovasi Model-Model Pembelajaran Bidang Sain Untuk Meningkatkan Prestasi Belajar Mahasiswa, Prosiding Konaspi V Surabaya Tahun 2004.
Situmorang, M., Purba, J., dan Tambunan, M., (2000), Efektifitas Media Petakonsep Dalam Pengajaran Kimia Konsep Mol Di SMU, Pelangi Pendidikan 7(1): 31-35.
Sinaga, M.; Situmorang, M., dan Juniar A., (2005), Efektifitas Inovasi Model-Model Pembelajaran Untuk Meningkatkan Prestasi Belajar Mahasiswa Pada Mata Kuliah Kimia Analitik II, Laporan Hasil Penelitian, FMIPA Universitas Negeri Medan.
Slameto, (1995), Belajar dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya, Penerbit Rineka Cipta Jakarta
Slocum, L.E., Towns, M.H., dan Zielinski, T.J., (2004), Online chemistry Module: Interaction and effective faculty facilitation, Journal of Chemical Education 81: 1058-1065.

0 Comments

Posting Komentar

MATERIKU

Copyright © 2009 Semua Tentang Kimia & My Life All rights reserved. Theme by Laptop Geek. | Bloggerized by FalconHive.